Jakarta – Sebuah langkah progresif telah diambil oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui rekrutmen disabilitas yang membuka peluang besar bagi penyandang tunadaksa dalam mewujudkan karir impian mereka di jajaran kepolisian. Nur Fatia Azzahra (22), seorang siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) RI yang merupakan penyandang disabilitas, kini dapat melangkah lebih jauh dengan adanya kebijakan rekrutmen inklusif Polri.
Fatia, yang hadir sebagai inspirasi bagi banyak orang, berbagi kisah pribadinya yang penuh perjuangan dan ketabahan. “Waktu SD saya pernah mengalami bullying dikarenakan saya tidak bisa olahraga voli, bully-an verbal. Saya Cuma bisa nangis dan kasih tahu orang tua kalau saya itu kenapa di-bully sama teman,” ungkap Fatia. Berbekal nasihat orang tua, Fatia merasa diberi kekuatan untuk melawan rasa minder. “Ayah dan ibu bilang kalau saya itu istimewa, tidak boleh minder dan malu, dan harus membuktikan kalau bisa,” ujar Fatia menambahkan.
Di tengah keterbatasan fisik, Fatia tidak pernah menyerah untuk mandiri dan meraih kesetaraan. Perjalanan hidup mengajarnya banyak hal, seperti yang diceritakan Fatia, “Dan alhamdulillah selalu dilatih ayah di depan rumah seperti diajak bermain bulu tangkis, diajak main voli. Meskipun tidak hebat, tapi akhirnya saya bisa mainnya. Ayah selalu memberikan gambaran terkait perantauan. Ayah bilang, ‘Merantau akan membuat kamu lebih berkembang’.”
Dengan latar belakang pendidikan yang kuat, Fatia berhasil meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,56 dalam waktu 3 tahun 8 bulan studi di Fakultas Psikologi UII, Yogyakarta. Harapannya untuk menjadi seorang polwan semakin mendekat realitas saat Polri membuka penerimaan anggota dari jalur disabilitas. “Dari kecil saya ingin jadi polisi, tapi saya sadar diri karena kondisi saya tidak mungkin diterima. Saya cari tahu sendiri (soal penerimaan jalur disabilitas) di IG (Instagram),” tutur Fatia.
Penyandang disabilitas yang diterima dalam penerimaan Bintara Polri Tahun Anggaran 2024 ini berjumlah 16 individu, termasuk 3 perempuan dan 13 laki-laki. Kebijakan ini adalah wujud komitmen Polri pada kesetaraan dan inklusivitas, yang dipelopori oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. “Polri pada tahun 2023 sebenarnya sudah melakukan rekrutmen terhadap kelompok disabilitas tapi untuk golongan ASN atau pegawai negeri pada Polri (PNPP). Dari kelompok itu kita pekerjakan di dua polda yaitu Polda Jogja kemudian di Polda Sumatera Selatan. Dari situ berproses, Pak Kapolri tambah yakin, ‘Saya minta (difabel menjadi-red) anggota Polri’,” ucap Asisten Kapolri bidang SDM Irjen Dedi mendukung pernyataan tersebut.
Kisah Nur Fatia Azzahra dan rekan-rekannya menjadi saksi hidup tentang bagaimana inklusivitas di kepolisian Indonesia bukan lagi sekadar konsep, melainkan praktik nyata yang memberikan kesempatan karir bagi masyarakat disabilitas. Polri, dengan mengintegrasikan nilai-nilai sosial dan membuka peluang disabilitas dalam sektor publik, telah menetapkan standar baru untuk kesetaraan karir yang dapat menjadi inspirasi bagi berbagai lembaga baik di Indonesia maupun di dunia.